Tuesday, September 11, 2007

Andai Saya Kepala Perpustakaan

Andai Saya Kepala Perpustakaan
Oleh Zen Rahmat Sugito

Seandainya saya Kepala Perpustakaan...
Saya ingin semua pengunjung tahu bahwa perpustakaan yang saya pimpin tak lebih dari gudang penyimpanan buku dan kertas-kertas tua yang apak. Saya ingin pengunjung sadar bahwa perpustakaan adalah surga.

Karena perpustakaan adalah surga, tak akan saya biarkan ada pustakawan yang memarahi pengunjung hanya karena dia menggunakan sandal jepit, hanya memakai kaos oblong, atau karena bajunya tak dimasukkan.

Ini sepertinya sepele. Tapi, dengan melayani pengunjung dengan ramah dan bersemangat, pustakawan bisa memainkan andil besar dalam upaya mencerdaskan bangsa ini lewat kerja-kerja kecil nan sepele namun bisa begitu berharga di sebuah negeri dengan minat baca masih kelas jongkok ini.

Seandainya saya Kepala Perpustakaan...
Saya akan menegaskan pada semua calon pustakawan bahwa pustakawan tidak sama dengan "karyawan perpustakaan". Pustakawan sama derajatnya dengan para ilmuwan, cendekiawan, dan orang-orang hebat yang menghabiskan waktunya dengan mencari kebijaksanaan.

Socrates pernah bilang: orang yang memiliki banyak pengetahuan akan mengerti bahwa masih banyak hal yang belum ia ketahui. Orang yang rendah hati macam itu biasanya tahu di mana ia bisa mendapatkan pengetahuan dan informasi yang belum ia kuasai dan ketahui.

Di titik itulah pustawakan hadir sebagai "orang yang paling berpengetahuan" atau dalam artikulasi yang rendah hati, pustakawan bisa dibilang sebagai orang yang paling berpotensi membantu mendapatkan pengetahuan yang dibutuhkan. Sebab, hanya pustakawan saja yang mengerti di rak buku mana, di lantai berapa, dan di katalog mana buku atau naskah yang sedang dicari para pemburu pengetahuan.

Mestikah diherankan jika jenius macam John Nash memilih menjadi pustakawan kampus sewaktu dinyatakan sudah sembuh dari penyakit schizoprenia. Dari perpustakaan tempatnya bekerja itulah ia bisa berdialog dengan mahasiswa cerdas dan bisa menggelar musyawarah sunyi dengan buku-buku yang melimpah. Dari sanalah ia meneruskan penemuan-
penemuannya hingga ditahbiskan sebagai peraih Nobel Ekonomi pada 1994.

Di negara yang otoriter atau baru sedang belajar berdemokrasi, pustakawan adalah salah satu punggawa kebebasan manusia dalam menemukan, memilah, dan memamah bacaan dan pengetahuan. Pustawakan bisa menjadi komprador ketika ikut-ikutan menyembunyikan bacaan dan pengetahuan yang dianggap subversif. Tetapi pustawakan juga bisa menjadi pahlawan. Saya ingat, perpustakaan dan para pustakawan Ignatius, Kota Baru, Jogjakarta, misalnya, adalah satu dari sedikit sekali perpustakaan yang tetap menyediakan bacaan-bacaan subversif yang melimpah pada masa Orde Baru. Haris Rusli Moty, mantan ketua PRD di awal-awal reformasi, pernah dengan penuh takzim berterima kasih kepada para pustakawan di sana yang tetap melayaninya dengan ramah dan tak menaruh curiga kendati ia berkali-kali meminta buku-buku Karl Marx yang pada masa Soeharto menjadi bacaan liar dan haram.

Peran sederhana itulah yang membuat pustawakan bisa berjalan dengan kepala tegak sebagai "penjaga kebebasan mencari pengetahuan dan informasi".

Seandainya saya menjadi Kepala Perpustakaan...
Saya akan men-training para calon pustawakan dengan cara menugasi mereka menguasai dan jika mampu menghafal judul-judul buku di salah satu ruangan yang sudah ditentukan. Mereka harus sesering mungkin berjalan di antara rak-rak buku sembari membaca judul-judul buku yang tercetak di punggung setiap buku.

Jika selama training mereka melakukan itu dengan konsisten dan bersemangat, mereka akan tahu dengan detail sebagian besar koleksi buku di ruangan tempat ia bekerja. Jika itu berlanjut terus, kita akan melihat pemandangan menyenangkan ketika ada pustakawan langsung menunjuk di rak mana persisnya sebuah buku yang ditanyakan pengunjung tanpa ia membuka katalog.

Dengan melakukan itu, saya ingin para pustakawan yang saya pimpin sadar bahwa buku-buku yang mereka rawat dan jaga setiap hari bukanlah benda mati seperti TV atau kuali.

Buku-buku adalah makhluk hidup yang akan bertumbuh dan berkecambah dalam kepala orang-orang yang membacanya. Dari orang-orang yang kepalanya dikecambahi bacaan itulah, buku-buku berikutnya akan dilahirkan. Buku adalah makhluk hidup karena setiap buku adalah pendahulu dari buku-buku yang akan ditulis kemudian.

Dengan melakukan itu, saya berharap bisa menanamkan kecintaan para pustakawan kepada buku. Jika ada pustakawan yang marah karena pengunjung melipat halaman buku seenaknya, kemarahan itu bukan digerakkan oleh logika "petugas penjaga", tetapi kemarahan itu digerakkan oleh rasa sedih seorang pecinta buku.

Jika sikap itu sudah muncul, jangan heran jika kelak ada pustawakan kita yang bisa menulis sehebat ini: Seorang pustakawan berkaca mata gelap bertanya kepadanya: Apakah yang Anda sedang cari? Hladik menjawab: Saya sedang mencari Tuhan.

Pustakawan itu menjawab: Tuhan itu ada pada salah satu dari beberapa kata di salah satu halaman buku yang berjumlah empat ratus ribu jilid (perpustakaan) Clementine. Saya sendiri sudah hampir buta semata-mata karena terus mencarinya.

Dia pun membuka kaca mata gelapnya, dan Hladik melihat mata pustakawan itu, yang telah lama mati.

Paragraf-paragraf itu ditulis Jorge Luis Borges, peraih Nobel Sastra 1986, dalam salah satu ceritanya berjudul "The Secret Miracle". Borges pada masa mudanya pernah menjadi pustawakan di Municipal Library dan pada usia dewasa ia menjadi Director of the National Library of Argentina.

Ketika matanya divonis terancam buta, ia disarankan menghentikan kegiatan membaca. Alih-alih menghentikan membaca, Borges malah memerbanyak bacaannya. Katanya, "Saya harus membaca sebanyak mungkin karena saya tak mau dikalahkan oleh kebutaan dalam perlombaan ini."

Borges adalah penulis hebat yang memulai karirnya dengan menjadi pustakawan.
Aih, semua yang saya tulis barusan sepertinya hanya mimpi dan igauan, persisnya mimpi seorang penjaga taman bacaan.

Sumber :
http://esaibuku. blogspot.com/2007/07/andai-saya-kepala-perpustakaan.html

Friday, September 7, 2007

Novel Grafis "KEGAGALAN AMERIKA MELINDUNGI WARGANYA"

KEGAGALAN AMERIKA MELINDUNGI WARGANYA

Judul Asli : A Graphic Adaptation (2006)
Genre : Novel Grafis , Literal Illustration.
Penerbit : Pustaka Primatama
ISBN : 9-793-93016-0, 978-9-793-93016-9
Penerjemah : Andrea K Iskandar
Penyelia : Pandu Ganesa

Survei yang dilakukan pada tahun 2002 menunjukkan bahwa di antara negara negara yang dianggap sebagai sahabat bangsa Amerika, seperti : Mesir dan Arab Saudi, hanya 15% dan 12% saja rakyat yang menyukai Amerika Serikat. Pada tahun 2003, pandangan negatif terhadap Amerika Serikat di antara orang orang muslim telah menyebar melampui Timur
Tengah. Sikap suka [atau mendukung] telah merosot dari 61% ke 15% saja diantara rakyat Indonesia, dan dari 71% ke 38% di kalangan orang orang muslim Nigeria.

Itulah sekelumit paragraf hasil survey yang dilakukan oleh Komisi Penyelidik Peristiwa September Sebelas dari Amerika Serikat, yang dibentuk oleh pemerintah Amerika sebagai badan independen dengan tugas melakukan analisis dan audit terhadap peristiwa "September Sebelas" yang tercatat dalam sejarah hitam bangsa Amerika dan
berperan penting dalam perubahan wajah Amerika Serikat kini.

Rekomendasi, analisis, hasil penyelidikan, audit dan kesimpulan dari Komisi September Sebelas tersebut telah diterbitkan dalam bentuk sebuah buku berjudul : "9/11 COMMISSION REPORT" dengan tebal sekitar 600 halaman [dari sekitar 2.5 juta halaman hasil penyelidikan] yang memuat detil peristiwa September Sebelas sejak mula perencanaan penyerangan dari para teroris, sedikit sejarah kelompok Osama bin
Laden sejak awal perjuangannya di Afghanistan, detil serangan, peristiwa paska September Sebelas dan lain lain. Tentu saja yang menarik bagi bangsa Amerika adalah untuk mengetahui apa yang salah pada sistem pertahanan dan keamanan negara mereka sehingga penyerangan seperti itu bisa tidak terdeteksi sejak dini. Kesimpulan
dari komisi inilah yang mereka ingin ketahui.

Tapi konon terlalu sulit untuk membaca buku laporan tersebut, terlalu banyak nama berbeda yang disebut sebut, terlalu banyak nama tempat ditulis, tanggal untuk diingat, kemudian nomer nomer dan hal hal detil lain yang sangat penting sehingga membuat bingung para khalayak pembaca. Atas dasar itulah kemudian dua artis senior dengan pengalaman lebih dari 50 tahun di dunia perkomikan Amerika , yaitu :
Sid Jacobson dan Ernie Colon mengadaptasi laporan Komisi September Sebelas itu ke dalam bentuk grafis , dengan memadatkan 600 halaman laporan menjadi 134 halaman bergambar.

Sama seperti di Indonesia, di Amerika juga publik awam secara luas tidak pernah menganggap komik sebagai satu bacaan serius; komik adalah bacaan untuk anak anak; sampai kemudian tersadar bahwa komik dapat berperan sebagai satu media penyederhana satu hal serius dengan kemampuan diakses yang lintas usia.

Seperti yang sudah kita ketahui, membaca novel grafis tidak sama dengan membaca buku text. Walau dalam hati membaca, tapi mata harus digunakan untuk menelusur panel gambar dan memerhatikan apa yang terjadi dalam panel gambar tersebut. Tentu saja ada beberapa kalimat yang harus di edit atau ditambahi dengan bantuan imajinasi. Misal
saja, tidak ditulis dalam versi buku asli mengenai percakapan antara penumpang atau percakapan [tanya jawab] di antara mereka ketika pesawat sedang dibajak, tapi karena ini adalah bentuk komik , maka bisa kita temukan berbagai kalimat tanya jawab dalam bentuk balon percakapan di antara semua karakter yang terlibat dalam semua panel.
Balon percakapan sebagai ciri khas komik, ternyata masih dirasa perlu untuk tetap dihadirkan oleh duet Jacobson dan Ernie ini.

Bentuk grafis ini juga mempunyai keunggulan penting dibandingkan membaca text. Ketika para pembaca buku text kesulitan untuk menggambarkan bagaimana dan apa yang terjadi pada pesawat- pesawat itu dalam ruang waktu paralel, Jacobson dan Ernie dengan mudah bisa mempergunakan "sequences panel" di halaman yang sama dengan teknik tutur grafis untuk menggambarkan keadaan di masing masing pesawat pada saat dan waktu yang bersamaan secara paralel. Hal yang sangat membantu para pembaca untuk memahami secara detil, apa yang sebenarnya terjadi pada masing masing pesawat pesawat itu, mengingat
pesawat pesawat itu mulai dibajak dalam waktu yang hampir bersamaan [hitungan menit]. Inilah salah satu keunggulan grafis yang dieksploitasi secara sempurna oleh Jacobson dan Ernie.

Jacobson dan Ernie mempergunakan secara maksimal lembar halaman komik yang lebih besar secara horisontal, dengan pewarnaan dan penunjuk waktu yang melekat pada tiap panel, untuk menggambarkan secara persis apa yang terjadi tiap menit di dalam pesawat tersebut hingga saat tabrakan. Di lain panel, dengan penunjuk jam yang sama, Jacobson juga menggambar dalam panel yang lain mengenai aktivitas para pejabat yang berwenang dan apa yang sedang dilakukan oleh orang orang di daratan, terutama para pekerja di sekitar World Trade Centre disekitar periode waktu yang sama dengan apa yang terjadi di angkasa. Bahkan dalam penunjuk waktu yang sama, kedua artis itu bisa menceritakan apa yang sedang dilakukan oleh Osama dan para pengikutnya di belahan dunia lain di menit menit sebelum tabrakan mengerikan tersebut terjadi.
Inilah keunggulan grafis.

Memang untuk lebih detil , lebih baik membaca saja versi buku asli laporan Komisi September Sebelas itu, walau laporan serius itu diadaptasi dalam bentuk media "anak-anak", para anggota Komisi Sebelas September nyatanya mendukung sekali apa yang dilakukan oleh Jacobson dan Ernie. Mungkin tidak tepat menggunakan istilah novel
grafis, karena ini bukanlah sebuah novel, juga sangat ngawur menganggap buku ini sebagai komik [karena komik konotasinya adalah lucu – dan tidak ada yang lucu di dalam buku ini] , akan lebih tepat apabila disebut dengan istilah baru "Literal Illustration". Sebuah Literal Illustration yang baik, sangat bertanggung jawab, dibuat demi kemaslahatan, agar warga Amerika [khususnya] bisa mengetahui berbagai
ketidakefisienan administrasi pemerintahan mereka [khususnya bidang pertahanan dan keamanan], lemahnya wewenang para pengambil keputusan, sikap dan sifat asal atasan senang, serta kelambanan para pengambil keputusan mengambil aksi dan bereaksi ketika peristiwa tabrakan itu terjadi.

Tapi yang lebih penting lagi adalah bahwa semua warga Amerika dapat kemudian membaca versi "mudah" dari laporan Komisi September Sebelas, agar mereka dapat membaca semua rekomendasi dan kesimpulan komisi ini , semata mata supaya peristiwa mengerikan itu tidak akan pernah terjadi lagi.

Sadar akan ketidak mampuan sebagian besar rakyat Amerika untuk membaca laporan hasil kerja Komisi September Sebelas ini, juga sadar bahwa versi buku hasil laporan itu sangat rumit dan mungkin sulit dibaca, maka dengan versi grafis, diharapkan agar lebih banyak lagi masyarakat Amerika [dan dunia] yang terjangkau untuk memahami semua
peristiwa dan latar belakang kejadian September Sebelas, karena urusan terorisme adalah nyata urusan dunia.

Jacobson dan Ernie adalah tokoh komik senior di Amerika, terutama Jacobson adalah orang yang berada di belakang kesuksesan Harvey Comics yang juga sering menerbitkan komik komik non mainstream. Sadar akan pilihannya mengadaptasi sebuah buku non fiksi, mereka berdua memilih untuk menggambar dengan pilihan gaya clear line yang dibuat
realistis secara maksimal. Sebagai konsekuensi maka para karakter yang terlibat dalam buku ini harus digambar mirip dengan aslinya. Kesulitannya adalah banyak karakter karakter yang masih hidup, dan mereka harus menggambar mereka itu sesuai aslinya demi untuk menunjang efek realistis grafis mereka [ dalam salah satu wawancara, mereka mengaku bahwa Dick Cheney adalah salah satu karakter yang sulit digambar ]. Dalam hal ini, adaptasi grafis terhadap para karakter terkenal yang masih hidup boleh dibilang sangat baik. George Bush digambar dengan sangat baik dengan garis tarikan muka yang juga baik. Juga beberapa tokoh terkenal lainnya. Secara umum, memang tidak ada yang istimewa dari kualitas gambar mereka, mereka menggambar layaknya tipikal komik Eropa dan Amerika.

Buku ini digambar dengan pewarnaan cerah, menambah asyik pembacaan. Membaca halaman per halaman buku ini, tidak berbeda ketika kita sedang membaca sebuah komik ringan dengan para superhero beterbangan, atau para jagoan silat berloncatan.

[Sekilas seperti pengalaman tempo dulu membaca komik spionase petualangan Danny dan Katia terbitan Indira, khususnya ketika para teroris sedang berkeliaran melakukan aksi]

Halaman per halaman di gambar secara sederhana dengan text yang tidak begitu dominan, semua mengalir tanpa disadari bahwa sesungguhnya yang sedang kita baca ini adalah sebuah laporan maha penting dari sebuah komisi yang bertanggung jawab terhadap penyelidikan sebuah peristiwa kejahatan paling dahsyat di dataran Amerika sepanjang sejarahnya.

Bermula ketika Ernie –seperti halnya masyarakat Amerika lainnya- yang ingin membaca laporan hasil penyelidikan Komisi September Sebelas, merasa kesulitan dan bingung dengan ratusan detil, nama dan hal hal lainnya, maka terciptalah buku ini. Dalam sebuah sidang diskusi komik baru baru ini, seorang artis / illustrator Indonesia mengeluh mengenai kesulitan para illustrator dalam melakukan kompromi dengan
para penulis cerita ketika naskah mereka akan diadaptasi menjadi komik. Para illustrator itu mengeluh mengenai naskah yang ngotot untuk tetap diterjemahkan dalam bahasa grafis walau pun dirasa tidak mungkin. Dalam hal ini, terbukti para illustrator itu salah. Jacobson dan Ernie dalam buku ini membuktikan bahwa sebuah naskah sulit [ nonfiksi lagi ! ] dengan tema yang rumit selalu mempunyai kemungkinan
untuk divisualkan secara grafis. Bahkan mereka menunjukkan selalu ada sesuatu yang akan tidak mampu disampaikan oleh text [ text mempunyai keterbatasan ] dan apa yang sanggup dilakukan oleh bahasa visual.

Buku ini adalah pengejewantahan yang baik teknik bercerita yang dimaksud oleh tokoh komik Amerika Will Eisner dalam bukunya "Visual Story Telling Sequences".

Bagi mereka yang ingin mengetahui secara detil tentang versi resmi peristiwa 11 September [pra dan pasca] versi pemerintah Amerika, tapi tidak ingin menghabiskan waktu membaca ribuan halaman text, maka buku ini adalah pilihan terbaik.

Rieza Fitramuliawan
pembaca dan pengumpul komik
[bahan dari berbagai sumber di internet]

Salah Kaprah Menyubsidi Taman Bacaan

Salah Kaprah Menyubsidi Taman Bacaan
Oleh AN Ismanto

Rencana terbaru pemerintah untuk meningkatkan literasi masyarakat sangat menarik untuk disikapi. Pemerintah bermaksud memberdayakan taman bacaan dengan cara memberikan subsidi, menata distribusi penyediaan buku dan pembaruan koleksi di taman bacaan. Pemerintah tampak begitu "bersemangat" karena menempatkan peningkatan budaya baca sebagai prioritas utama, terutama untuk pendidikan nonformal.

Hal itu terlihat dari peningkatan anggaran dalam beberapa tahun belakangan. Menurut Direktur Jenderal Pendidikan Luar Sekolah Depdiknas Ace Suryadi, tahun 2005 anggaran peningkatan budaya baca untuk pendidikan nonformal Rp 8,5 miliar. Angka itu meningkat pada 2006 menjadi Rp 40 miliar dan 2007 meningkat hingga Rp 90 miliar. Anggaran itu 60 persen berupa block grant yang akan disalurkan ke pemerintah daerah lewat pemerintah provinsi dan berdasarkan proposal. Untuk tahun 2007 ini, setidaknya sudah ada 6.000 taman bacaan yang bergabung dengan jejaring Depdiknas.

Selintas, peningkatan anggaran itu terlihat meyakinkan. Dalam logika pemerintah, taman bacaan selama ini sekadar menjadi tempat meminjam dan menumpuk buku. Rencana terbaru pemerintah itu akan mengubah kondisi taman bacaan sehingga menjadi tempat
yang hidup dan digemari masyarakat.

Namun, betapa ganjilnya logika itu. Apakah pemerintah tidak pernah melakukan studi lapangan sebelum menetapkan rencana sepenting itu?

Tampaknya memang tidak. Pemerintah rupanya tidak melihat bahwa taman bacaan selama ini sudah menjadi "tempat yang hidup dan digemari masyarakat". Pemerintah tidak melihat bahwa taman bacaan hampir-hampir telah menjadi lanskap wajib di kompleks
permukiman urban, terutama di area yang dihuni banyak penduduk usia muda. Pemerintah tidak melihat kenyataan betapa seringnya anak-anak dan remaja usia sekolah menengah dan mahasiswa masuk-keluar taman-taman bacaan.

Rencana terbaru pemerintah itu hanya akan menjadi rencana yang salah sasaran karena dua alasan. Pertama, taman-taman bacaan yang akan disubsidi, terang-terang telah mencapai kondisi yang diinginkan pemerintah, yaitu menjadi "tempat yang hidup dan digemari masyarakat".

Kedua, pada jangka panjang, subsidi hanya akan membuat taman-taman bacaan sebagai entitas bisnis-ekonomi menjadi "manja", yang akan menurunkan efisiensi dan semangat berkompetisi.

Perbedaan Prinsip

Rencana terbaru pemerintah itu muncul karena pemerintah melupakan perbedaan yang prinsipil antara taman bacaan dan perpustakaan. Taman bacaan adalah sebuah entitas bisnis-ekonomi. Sebagai entitas bisnis-ekonomi, segala gerak-geriknya dikendalikan
oleh profit (profit-driven). Motivasi utamanya pencarian keuntungan sebanyak-banyaknya dengan ongkos sekecil-kecilnya. Ia hanya bertanggung jawab kepada
kapital, bukan kepada publik.

Maka, dengan rasionalitas ekonominya, masuk akal jika taman bacaan kemudian menerapkan strategi tertentu untuk memikat orang agar mau mengunjungi (dan "membeli" jasa penyewaan buku) taman bacaan yang profit-driven itu. Selintas, strategi itu tampak berhasil. Publik ternyata memilih melakukan hal yang konsumtif dan menguras saku ketimbang mengunjungi perpustakaan, yang sama-sama menyediakan bahan bacaan
tetapi tidak berniat menguras uang pengunjung (gratis). Tetapi, lihatlah kualitas dari kegiatan konsumtif itu.

Kita tidak bisa mengingkari bahwa banyak taman bacaan yang menyediakan buku-buku yang memang bermanfaat dalam pendidikan, tetapi kita juga tidak bisa mengingkari bahwa yang lebih banyak tersedia di taman-taman bacaan adalah bahan-bahan bacaan ringan
dan mengibur yang diniatkan sebagai pengisi waktu senggang, seperti komik (yang paling banyak adalah manga) dan fiksi ringan.

Tanpa bermaksud peyoratif, kita tahu sifat bahan-bahan bacaan ringan itu adalah melenakan dan mengajak orang sejenak beristirahat dari ketegangan pada waktu sibuk.
Pada tahap awal, kegemaran membaca memang bisa dimulai dari kegiatan membaca yang ringan-ringan, tetapi porsi bahan bacaan semacam ini jika terlalu banyak tentu
tidak baik, karena akan menjadi candu yang membuat orang lupa pada tugas-tugasnya. Hal ini sudah menunjukkan gejala dengan ramainya taman-taman bacaan.

Sedangkan perpustakaan, yang di negeri ini sebagian besar dikendalikan oleh negara, adalah sarana pelayanan publik yang merupakan bagian dari kewajiban negara kepada warganya. Motivasi utamanya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa melalui penyediaan
bahan-bahan bacaan yang diperlukan. Dengan demikian, perpustakaan adalah sebuah gerakan moral dan amanat, yang menuntut pertanggungjawaban kepada publik baik
secara legal-formal berdasarkan undang-undang maupun secara moral.

Kenapa pemerintah tidak mengalihkan energi dan sumber dayanya untuk melakukan kewajibannya dengan memberdayakan tempat yang sekarat dan kalah ramai dari taman bacaan itu?

Entah apa tujuan sebenarnya dari rencana salah sasaran itu. Yang jelas, rencana itu hanya menunjukkan bahwa pemerintah telah melupakan perpustakaan dan prinsip-prinsip yang membedakan perpustakaan dari taman bacaan. Entah disengaja atau tidak, dengan
rencana itu pemerintah tampak seperti sedang melarikan diri dari tanggung jawabannya kepada publik.

Alangkah lebih baiknya jika dana yang dianggarkan pemerintah dialokasikan untuk memberdayakan perpustakaan yang selama ini dimatikan oleh rutinitas, formalitas, dan state of being yang tidak mampu memikat pengunjung. Selain untuk reformasi budaya
perpustakaan seperti diimpikan oleh Zen Rachmat Sugito dalam "Andaikata Saya Kepala Perpustakaan" dalam rubrik ini (JP, 8/7/2007), dana yang direncanakan itu tentu akan sangat bermanfaat dalam reformasi organisasional dan pelayanan publik di perpustakaan.

* Dimuat di Harian Jawa Pos Edisi 29 Juli 2007

Berakhir Pekan di Kafe Baca

Berakhir Pekan di Kafe Baca
:: M. Aan Mansyur ::

Bagaimana sebaiknya melewatkan akhir pekan dengan cara berbeda? Bagi warga kota, agaknya tak banyak pilihan selain taman rekreasi dan bermain, pusat-pusat belanja, resto dan kafe, atau mungkin juga toko buku. Rekreasi, sebagai bagian dari aktivitas masyarakat kota, telah menjadi kebutuhan yang senantiasa harus terpenuhi. Ia telah menjadi primer. Dan seakan menyahuti kebutuhan yang makin berkembang itu, para pemodal pun tak pernah kehabisan akal. Kreativitas pun seakan tak habis-habis untuk mengekploitasi peluang. Seiring dengan itu, rekreasi yang pada mulanya murah dan gratis, telah tercipta menjadi mahal dan ekslusif, bahkan sudah menjadi penanda status sosial.

Makassar, sebagai salah satu kota yang perkembangannya sangat pesat pun tak ketinggalan. Kreativitas dan idealisme untuk menyediakan rekreasi murah dan terjangkau pun muncul di kota ini, setidaknya dalam lima tahun terakhir. Seakan ingin menjawab ekpansi modal dari kaum industrialis, di beberapa pojok kota kini permunculan apa yang disebut kafe baca, yang dimotori oleh anak-anak muda. Mereka mencoba mewujudkan sebuah oase yang mencerdaskan, bersahaja, namun tetap nyaman sebagai tempat rekreasi.

Di bagian utara kota Makassar, Kafebuku bisa menjadi pilihan tepat. Kafebuku terletak di Jalan Tentara Pelajar 141, sekitar 50 meter dari Toko Buku Promedia. Di sana pengunjung bisa membaca sambil menikmati aneka jenis sajian.

"Di sini tersedia bermacam-macam makanan dan minuman. Bakso, pisang goreng keju, roti bakar serta aneka jenis minuman, dan tentu saja berbagai macam jenis buku," kata Santy, pemilik Kafebuku, yang masih berstatus mahasiswa di Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin. Tak salah kalau Kafebuku memakai "A new, cozy place to read and eat"
sebagai tag line-nya. Suasananya memang nyaman, bahkan dilengkapi pendingin udara yang membuat pengunjung nyaman berlindung dari gerahnya cuaca.

Di Jalan Dr. Sam Ratulangi No 136, hadir Bookcholicafe. Suasananya pun nyaman dan tenang, sangat cocok bagi pengunjung untuk menyelesaikan sebuah buku sebelum kembali pada rutinitas kantor, kuliah, atau sekolah. Bookcholicafe juga menyediakan aneka jenis minuman dan makanan untuk menemani keasyikan membaca, dengan daya tarik koleksi ratusan buku yang tentu saja tidak akan ditemukan di kafe pada umumnya. Kafe baca yang diasuh oleh Azwar ini, seorang mahasiswa STMIK Karisma Makassar, memang masih terbilang baru, namun menjadi atlernatif berakhir pekan yang mengasyikkan. Buku-buku
populer seperti teenlit, chicklit, dan buku-buku how to mendominasi koleksinya. Ini sangat tepat untuk para karyawan dan siswa-siswa SMP dan SMA yang memang banyak berada di seputar jalan utama di kota Makassar ini.

Bila membaca sambil menikmati makanan dan minuman belum cukup sebagai pilihan, Rumah Baca Lontarak menawarkan sajian unik: membaca dan membatik.. Terletak di Jalan Monumen Emmy Saelan No 5/43, tempat ini mencoba menawarkan sesuatu yang berbeda. Menurut Agis, sang pengelola, mereka mengusung ide "Books, Library, and Handycraft".
Selain sebagai rumah baca, Lontarak yang berdiri pada 4 April 2005 ini, juga telah menjadi distributor buku untuk wilayah Makassar. Buku-buku yang tersedia, dijual lebih murah 10 – 25% bila dibandingkan dengan harga di toko buku.

Di kawasan timur Makassar yang menjadi tempat berdirinya sejumlah perguruan tinggi, berdiri sejumlah kafe baca yang membidik mahasiswa sebagai konsumen utama. Sebutlah, Hitam Putih di Jalan Perintis Kemerdekaan Km. 9, di Kompleks Perumahan Hartaco Jaya, di samping kampus Universitas Islam Makassar.

Sementara tak jauh dari Kampus Universitas Hasanuddin, di Jl Perintis Kemerdekaan No. 76, berdiri Kafe Baca Biblioholic—yang memiliki koleksi 6.000 buku. Bibliocholic yang didirikan 13 April 2003 ini menyediakan aneka minuman, khususnya berbagai jenis kopi
yang bisa menjadi teman setia menikmati buku-buku menarik. Dengan ruang perpustakaan yang luas, para pengunjung dimanjakan oleh suasana tenang dan santai untuk menikmati makanan dan minuman sambil membaca.

Para pengelola Bibliocholic juga mengadakan kursus penulisan dan diskusi seputar perbukuan, serta aktif menjalankan kegiatan penelitian dan literasi melalui kerjasama dengan komunitas literasi dan penerbitan di kota-kota lainya. Bagi para pencinta sastra dan buku filsafat, Bibliocholic adalah pilihan yang tepat. Tapi selain buku serius, kafe baca ini pun memiliki koleksi komik yang lengkap.

Sementara tidak jauh dari pusat keramaian Mall Panakkukang, berdiri Starbook Cafe di Jl. Bougenville No 31 Panakkukang Mas. Tempat baca ini banyak menyediakan buku-buku filsafat di rak koleksinya. Starbook menyediakan aneka makanan dan minuman, mulai dari yang lokal seperti pallu butung sampai yang internasional seperti sandwich.

Masih banyak tempat-tempat lain yang bisa didatangi untuk mengisi akhir pekan. Pemerintah Kota Makassar pada bulan Juni 2005 juga telah mencanangkan Gerakan Makassar Gemar Membaca yang salah satu programnya adalah mendirikan taman baca di setiap kecamatan yang ada di Makassar. Bila program ini betul-betul berjalan, maka tidaklah berlebihan mengharapkan Kota Makassar menjelma sebagai lumbung taman bacaan, yang menghadirkan fasilitas rekreasi yang mencerdaskan. (p!)

Wednesday, September 5, 2007

Tip & Trik : MEMBACA DENGAN EFEKTIF

MEMBACA DENGAN EFEKTIF
Oleh: Roy Sembel

Salah satu unsur penting dalam Manajemen Diri adalah membangun kebiasaan untuk terus menerus belajar atau menjadi manusia pembelajar yang senantiasa haus akan informasi dan pengetahuan.

Hal ini seperti yang dikatakan oleh Henry Ford, pendiri General Motors yang mengatakan bahwa "Anyone who stops learning is old, whether at twenty or eighty. Anyone who keeps learning stays young. The greatest thing in life is to keep your mind young."

Tidak peduli berapapun usia kita, jika kita berhenti belajar berarti kita sudah tua, sedangkan jika senantiasa belajar kita akan tetap awet muda. Karena hal yang terbaik di dunia akan kita peroleh dengan memelihara pikiran kita agar tetap muda.

Salah satu cara paling efektif untuk belajar adalah dengan membaca. Namun sayangnya sebagian besar kita tidak pernah punya waktu untuk membaca. Alasan utama yang sering kita sampaikan adalah kesibukan pekerjaan. Kita terjebak dalam rutinitas dan tekanan pekerjaan sehingga tidak memiliki kesempatan untuk mengasah gergaji kita, seperti yang diceritakan oleh Stephen Covey dalam bukunya "The 7 Habits of Highly Effective People" sebagai berikut:

Andaikan saja anda bertemu seseorang yang sedang terburu-buru menebang sebatang pohon di hutan.

"Apa yang sedang anda kerjakan? Anda bertanya.

"Tidak dapatkah anda melihat?" demikian jawabnya dengan tidak sabar. "Saya sedang menggergaji pohon ini."

"Anda kelihatan letih!" anda berseru. "Berapa lama anda sudah mengerjakannya?"

"Lebih dari lima jam," jawabnya, " dan saya sudah lelah! Ini benar-benar kerja keras."

"Nah, mengapa anda tidak beristirahat saja beberapa menit dan mengasah gergaji itu?" anda bertanya. "Saya yakin anda akan dapat bekerja jauh lebih cepat."

"Saya tidak punya waktu untuk mengasah gergaji," orang itu berkata dengan tegas. "Saya terlalu sibuk menggergaji."

Bahkan menurut Covey, kebiasaan mengasah gergaji merupakan kebiasaan yang paling penting karena melingkupi kebiasaan-kebiasaan lain pada paradigma tujuh kebiasaan manusia efektif. Kebiasaan ini memelihara dan meningkatkan aset terbesar yang kita miliki yaitu diri kita. Kebiasaan ini dapat memperbarui keempat dimensi alamiah kita – fisik, mental, spiritual, dan sosial/emosional.

Membaca merupakan salah cara kita untuk memperbaiki dan meningkatkan efektifitas diri kita. Meskipun kita memiliki "keterbatasan waktu", kita tetap perlu mengasah gergaji kita. Caranya adalah dengan menguasai cara membaca yang efektif sehingga waktu yang kita gunakan menjadi efisien.

Namun sebelumnya kita perlu mengenali berbagai tipe gaya belajar seseorang, yaitu:

a. Visual.
Belajar melalui melihat sesuatu. Kita suka melihat gambar atau diagram. Kita suka pertunjukan, peragaan atau menyaksikan video.

b. Auditori.
Belajar melalui mendengar sesuatu. Kita suka mendengarkan kaset audio, ceramah kuliah, diskusi, debat dan instruksi verbal.

c. Kinestetik.
Belajar melalui aktivitas fisik dan keterlibatan langsung. Kita suka "menangani", bergerak, menyentuh dan merasakan/mangalami sendiri.

Semua kita, dalam beberapa hal, memanfaatkan ketiga gaya tersebut. Tetapi kebanyakan orang menunjukkan kelebihsukaan dan kecenderungan pada satu gaya belajar tertentu dibandingkan dua gaya lainnya. Pada anak-anak kecenderungannya adalah pada kinestetik dan auditori, namun pada saat mereka dewasa,kelebihsukaan pada gaya belajar visual ternyata lebih mendominasi.

Memahami gaya belajar pribadi anda akan dapat meningkatkan kinerja dan prestasi anda. Anda akan mampu menyerap informasi lebih cepat dan mudah. Anda dapat mengidentifikasi dan mengapresiasi cara yang paling anda sukai untuk menerima informasi. Anda akan bisa berkomunikasi jauh lebih efektif dengan orang lain dan memperkuat pergaulan anda dengan mereka.


Tiga Faktor Penting Meningkatkan Kemampuan Belajar

Ada tiga faktor penting dalam penguasaan ketrampilan untuk belajar:

pertama adalah pola pikir dan sikap (mindset and attitude) kita terhadap belajar.

Kita harus memiliki hasrat (desire) dan kecintaan (passion) yang dalam terhadap nilai-nilai untuk terus belajar dan mengembangkan diri. Belajar tidak hanya sekedar melalui pendidikan formal semata, tetapi dalam setiap aspek kehidupan kita harus senantiasa mengembangkan sikap belajar. Sikap mau membaca, mendengar,mau mengerti dan mau belajar dari orang lain merupakan sikap yang perlu senantiasa dikembangkan jika kita ingin memperbaiki diri ataupun gagasan kita.

Faktor kedua dalam meningkatkan ketrampilan untuk belajar adalah kemampuan kita untuk mendayagunakan kekuatan pikiran kita (terutama pikiran bawah sadar – subconscious mind) untuk mempercepat proses belajar (accelerated learning).

Pikiran bawah sadar merupakan kekuatan yang luar biasa jika kita dapat mengoptimalkan potensinya. Seringkali kita melupakan bahwa anugerah yang terindah dan terbesar yang diberikan Tuhan kepada kita adalah kemampuan pikiran kita. Hal inilah yang membedakan kita dengan ciptaanNya yang lain.

Hal yang paling mudah kita lakukan untuk mengembangkan ketrampilan untuk belajar adalah dengan banyak membaca. Meluangkan waktu sedikitnya satu jam sehari untuk
membaca buku merupakan kebiasaan yang baik bagi kita untuk mulai mengembangkan diri kita.

Banyak sekali metoda untuk meningkatkan kecepatan membaca (speed reading)maupun pemahaman (comprehension) terhadap isi dari suatu buku. Ketrampilan inilah yang amat kita perlukan untuk meningkatkan daya serap dan kecepatan kita dalam membaca sebuah buku. Selain membaca, meningkatkan kemampuan dapat diperoleh melalui seminar, pelatihan maupun mendengarkan kaset-kaset motivasi.

Faktor ketiga dalam meningkatkan kemampuan belajar kita adalah disiplin diri dan kegigihan (self discipline and persistence).
Tanpa kedua hal ini maka belajar hanyalah kegiatan yang sifatnya tergantung suasana hati (mood) dan kita tidak dapat mencapai keunggulan (excelence) hanya dengan belajar setengah hati. Sudah saatnya kita mengubah kebiasaan-kebiasaan kita.
Ada pepatah yang mengatakan "Your Habits will Determine Your Future. Miliki kebiasaan belajar, dan mulai langkah pertama anda. Proses mengubah kebiasaan sangat ditentukan oleh kedisiplinan diri dan kegigihan kita, sehingga setelah melakukannya dalam periode waktu tertentu, hal tersebut tidak lagi menjadi beban tetapi telah menjadi kebutuhan. Jika pada awalnya sulit melakukan tetapi setelah itu anda jadi terbiasa.

Ketrampilan Dasar untuk Membaca yang Efektif.

Sebelum kita mengembangkan kemampuan membaca dengan efektif, kita perlu menguasai terlebih dulu beberapa ketrampilan dasar, yaitu:

1. Konsentrasi
Kebanyakan kita menganggap bahwa konsentrasi adalah pekerjaan berat dan sangat sulit dilakukan. Kita memiliki suatu keyakinan bahwa hal tersebut susah untuk dilakukan. Padahal kalau kita menyenangi sesuatu, katakanlah menonton konser musik band favorit kita atau film di bioskop, maka kita akan dapat berkonsentrasi menikmati pertunjukan yang berlangsung lebih dari dua jam. Kita ternyata dapat berkonsentrasi cukup lama jika kita melakukan sesuatu yang kita senangi. Inilah pola pikir pertama yang harus kita kembangkan untuk belajar berkonsentrasi.

Hal yang kedua adalah bahwa mengembangkan daya konsentrasi sama halnya dengan mengembangkan dan menguatkan otot-otot tubuh kita. Kita perlu latihan yang teratur dan terus menerus. Salah satu teknik untuk mengembangkan daya konsentrasi adalah teknik kontemplasi. Kontemplasi adalah suatu teknik menggunakan pikiran kita seperti sebuah lampu senter (searchlight) untuk mencari dan menemukan informasi baru. Untuk melatihnya, anda perlu lakukan setiap hari (sedikitnya 5 menit sampai maksimum 10 menit per latihan). Caranya dimulai dengan fokus terhadap apa yang ingin kita ketahui. Misal, kita ingin mengetahui cara meningkatkan kecerdasan finansial (membaca buku Robert Kiyosaki misalnya), kemudian pikirkan gagasan tersebut secara mendalam dan tanyakan pada diri anda pertanyaan-pertanyaan seperti, "Apa artinya kecerdasan finansial? Apa implikasinya pada hidup saya? Apakah hal tersebut bisa saya lakukan? Dan seterusnya lakukan sampai sekitar 5-10 menit.

Jika anda sudah bisa bertahan konsentrasi 10 menit, tingkatkan kemampuan anda dengan berlatih langsung membaca sebuah buku 10-20 menit. Lakukan setiap hari sampai daya tahan konsentrasi anda meningkat sedikit demi sedikit.

2. Membuat Peta Pikiran (Mind Mapping)
Teknik ini merupakan cara untuk meringkas suatu tema atau pokok pikiran yang ada dalam buku. Pertama, kita awali dengan menuliskan tema pokok di tengah-tengah halaman kertas kosong.

Kemudian seperti pohon dengan cabang dan ranting kita kembangkan tema pokok menjadi sub tema di sekelilingnya dengan dihubungkan memakai garis seperti jari-jari roda.
Berikut adalah langkah atau prinsip dalam membuat peta pikiran dalam buku Accelerated Learning for the 21st Century karangan Colin Rose dan Malcolm J.Nicholl:

a. Mulai dengan topik di tengah-tengah halaman.
b. Gunakan kata-kata kunci.
c. Buatlah cabang-cabangnya
d. Gunakan simbol, warna, kata, gambar dan citra (images) lainnya.
e. Gunakan seperti poster dengan dasar putih bersih.
f. Buat tulisan atau gambarnya warna warni
g. Gunakan alat tulis berwarna terang

Membuat peta pikiran adalah latihan yang perlu dilakukan terus menerus. Sama halnya seperti teknik kontemplasi, kita perlu berlatih mengunakan peta pikiran untuk mengetahui informasi atau menganalisa masalah.[Bisa juga melihat di Gua Kalong, bagian Peta Konsep dan Otak]

3. Relaksasi
Cara ini dikembangkan oleh Sandy MacGregor dalam bukunya Piece of Mind. Pada prinsipnya dikatakan bahwa otak atau pikiran kita lebih mudah menyerap dan mengingat informasi pada saat kondisi pikiran kita relaks yang ditunjukkan dengan frekuensi gelombang otak yang rendah. Mengenai teknik relaksasi pernah dibahas dalam edisi Mandiri sebelumnya. Bagi anda yang berminat mempelajari dapat membaca buku Sandy MacGregor tersebut atau buku SELF MANAGEMENT: 12 Langkah Manajemen Diri karangan Aribowo Prijosaksono dan Marlan Mardianto.


Teknik Membaca Cepat
Kita hidup dalam zaman di mana kita setiap hari dibanjiri buku baru tentang topik yang kita sukai atau yang berkaitan dengan bidang pekerjaan kita. Pembaca biasa takkan bisa membaca semua buku yang telah diterbitkan tentang topik yang berkaitan dengan bidang bisnis atau profesionalnya.

Sedangkan membaca itu sendiri bisa menjadi pengalaman yang menyenangkan sekaligus menjengkelkan. Padahal kita semua tahu bahwa membaca sama halnya dengan kita menikmati pertunjukan konser atau film yang bagus. Membaca melibatkan partisipasi aktif kita. Seluruh emosi, hasrat dan minat kita juga harus terlibat dalam proses membaca, sehingga membaca menjadi pengalaman yang menyenangkan.

Dengan keterbatasan waktu yang kita miliki, bagaimana kita dapat mengembangkan kemampuan membaca secara efektif sehingga dengan tenggang waktu yang sama, kita bisa mengambil inti dari lebih banyak buku. Kecuali untuk buku fiksi atau sastra yang memang ingin kita nikmati jalinan cerita, emosi, dan rangkaian kata-katanya, membaca buku nonfiksi (textbook) adalah seperti membaca surat kabar. Yang kita perlukan adalah informasi dan gagasan pokok pengarang.

Hanya sedikit orang yang membaca koran dengan cara per bagian, halaman per halaman. Kita biasanya membaca beberapa halaman pertama dengan mendetail, lalu hanya sekilas membaca yang lain, mencari topik yang menarik. Sekarang kita akan belajar melakukan hal yang serupa dengan buku yang akan kita baca.

Sebelum mulai membaca ada sejumlah alat bantu yang dapat membantu kita untuk dapat memahami keseluruhan isi sebuah buku:

Sampul buku:
Biasanya pokok pikiran terpenting dari sebuah buku tercetak di sampulnya. Informasi ini membantu penjualan buku dan memberikan perspektif penerbit tentang isi buku. Sampul buku memberikan gambaran kepada kita tentang apa yang akan kita dapatkan di bagian dalam.

Biografi penulis:
Informasi ini akan memberi tahu kita tentang latar belakang pendidikan, pengalaman dan kegiatan penulis saat ini yang membuat ia bisa menulis buku tersebut. Dengan memahami informasi tentang penulis akan membantu kita untuk lebih mudah mengikuti alur pemikirannya dalam buku tersebut.

Bagian awal:
Bagian ini terdiri atas kata pengantar, prakata, atau bab pendahuluan (prolog). Biasanya justru bagian-bagian ini yang perlu secara mendalam kita pelajari, karena intisari seluruh gagasan penulis tentang tema buku tersebut terangkum dalam bagian awal buku. Yang jelas bagian ini memaparkan tujuan penulisan – pernyataan misinya. Pada titik ini kita bisa memutuskan untuk membaca lebih lanjut atau kita hanya akan menggunakannya untuk referensi.

Daftar Isi:
Sebenarnya bagian ini adalah kerangka buku. Penulis menggunakan masing-masing topik bab sebagai gantungan untuk menjelaskan keseluruhan pemikirannya tentang topik tertentu. Ada berapa bagian? Berapa bab? Bacalah Daftar Isi dengan teliti untuk melihat apakah topik-topiknya sesuai dengan apa yang kita cari.

Indeks:
Teliti indeks di bagian belakang buku. Lihat apakah ada kata-kata kunci yang menarik bagi anda.

Kita harus memeriksa semua hal tersebut sebelum membaca bukunya. Inilah yang disebut dengan proses scanning, yaitu kita melihat secara selintas keseluruhan isi dari buku yang akan kita baca. Begitu mulai membaca, kita bisa bebas melompati materi yang sudah kita ketahui atau materi yang tidak kita minati.

Pada bagian tertentu kita bisa mendalami karena ada topik atau informasi yang harus kita cermati dan kita cerna lebih dalam. Proses ini disebut dengan proses skimming.

Berikut adalah hal-hal yang perlu untuk membaca dengan efektif:

1. Setelah melakukan proses scanning, kita dapat membuat peta pikiran (mind charting) buku tersebut.
Tidak usah terlalu detil, tetapi cukup informatif untuk menjelaskan isi buku dalam satu halaman kertas. Kalau perlu kita lakukan rekonstruksi terhadap daftar isi digabung dengan informasi lain dari biografi, kata pengantar, pendahuluan dan sinopsis di sampul buku tersebut.

2. Siapkan stabilo atau alat tulis untuk menandai informasi atau apa saja yang ingin kita ingat.

3. Pahami jalan pikiran penulis.
Semakin cepat kita mengetahui topik, tujuan, pokok masalah materi yang kita baca, semakin baik pemahaman dan ingatan kita akan hal itu.

4. Hindari baca kata per kata dan kalimat per kalimat.
Coba tangkap sekelompok kata dengan mata anda setiap kali menggerakkannya.Apalagi untuk buku berbahasa asing, kita tidak perlu menterjemahkannnya kata demi kata, karena akan menghambat proses penyerapan informasi dalam otak anda.
Bandingkan anda membaca dengan bersuara dan membaca dalam hati. Kecepatannya akan berbeda jauh.
Biasanya saya berkonsentrasi pada kalimat pertama dan kalimat terakhir dari sebuah paragraf, atau mata saya melihat seluruh badan paragraf dan menangkap pesan intinya.

5. Buatlah ringkasan sambil membaca.
Jika tak ada ringkasan bab, buatlah sendiri setiap selesai membaca satu bab.

6. Bandingkan dengan tulisan lain bertopik sama yang pernah anda baca.
Ingat teknik kontemplasi. Cobalah mengembangkan pertanyaan-pertanyaan dan kaitan satu sama lain seperti anda mencari sesuatu dengan senter.

7. Untuk mempermudah kita menggunakan buku tersebut sebagai referensi, kita bisa mencatat isi buku tersebut dalam sebuah buku catatan atau kertas khsusu yang dapat kita simpan dan kita lihat kembali setiap saat.

Demikianlah prinsip-prinsip dan langkah-langkah yang perlu kita ketahui untuk meningkatkan efisiensi membaca. Namun sekali lagi, sama seperti ketrampilan yang lain, membaca memerlukan jam terbang. Kita perlu berlatih, berlatih dan berlatih
sehingga kecepatan dan efisiensi membaca kita meningkat dari waktu ke waktu.

Selamat membaca dan meningkatkan aset pribadi anda yang paling penting, diri anda sendiri.

Anyone who stops learning is old, whether at twenty or eighty. Anyone who keeps learning stays young. The greatest thing in life is to keep your mind young. --
Henry Ford

Jadwal pameran buku IKAPI

Jadwal pameran buku:

1. Indonesian Book Fair 14 s/d 18 November 2007

2. Islamic Book Fair 3 s/d 11 Maret 2007

3. Pesta Buku Jakarta 2 s/d 10 Juni 2007

4. Pesta Buku Bandung tgl. 1 s/d 7 Februari 2007

5. Pameran Buku di daerah Tasik bulan Mei 2007

6. Pameran Buku Bandung 1 s/d 7 Agustus 2007

7. Pameran buku di daerah Jabar bulan Nov / Des 2007

8. Solo Book Fair tgl. 16 s/d 21 April 2007

9. Semarang Book Fair awal Agustus 2007

10. Pesta Buku Yogya tgl. 3 s/d 11 Maret 2007

11. Yogya Book Fair bulan September 2007

12. Surabaya Book Fair 22 – 27 Mei 2007

13. Padang Book Fair akhir Juli s/d Awal Agust 2007

14. Ikapi Sumatera Utara bulan Juli 2007

15. Lampung 21 s/d 29 April 2007

16. Sumatera Selatan 5 s/d 13 Mei 2007

17. Jambi 19 s/d 27 Mei 2007

Tuesday, September 4, 2007

BUKU BARU GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA

MAKAN ENAK UNTUK HIDUP SEHAT, BAHAGIA, & AWET MUDA

Wied Harry A.

Kesehatan/diet; GM 20307013; ISBN 979-22-3131-5; 104 hlm full color; 23x23 cm;

Makan cokelat mengakibatkan jerawat dan sakit gigi? Ternyata tidak. Makan telur menjadikan kadar kolesterol darah melonjak? Tidak juga. Jadi, bagaimana sebenarnya?

Begitu banyak fakta ilmiah dalam makanan sehari-hari yang belum benar-benar kita pahami, karena kita sering terjebak dalam anggapan keliru yang beredar di tengah masyarakat. Bisa jadi kita belum tahu bahwa semangka, tomat, dan daun katuk adalah sebagian makanan yang dapat membantu meningkatkan gairah bercinta! Dan ada apa dengan rahasia hubungan intim di balik seng?

Dengan memilih makanan yang tepat, kita dapat meredam laju proses penuaan dan tampil lebih muda, mencegah keropos tulang, serta mempercepat penyembuhan kanker dan penyakit lain. Sebaliknya, kita juga diingatkan untuk mewaspadai makanan lezat yang-ternyata-ditumpangi pemicu kanker. Plus belasan tulisan menarik lain yang disajikan dengan gaya ilmiah populer yang ringan dan mudah dipahami.

Buku ini menarik untuk dimiliki, karena menguraikan fakta ilmiah populer dari hal-hal sederhana makanan sehari-hari di rumah sebagai cara mudah untuk memulai hidup sehat.

PANDUAN MENJADI MC PROFESIONAL

Lies Aryati

Cetak ulang, cover baru

GM 20404027; ISBN 979-22-0856-9; 156 hlm; 13,5x20 cm;

THE POWER OF THE PURSE

Kiat Cerdas Bisnis dalam Menyesuaikan Diri dengan Pelanggan Terpenting di Dunia Wanita

Para Warner

GM 20407082; ISBN 979-22-3096-3; 284 hlm; 15x23 cm;

THE LIFE GIVING SWORD

Naskah Klasik Ajaran Zen & Tanpa Pedang

Yagyu Munenori, sahabat sekaligus pesaing Musashi

Spiritualitas populer; GM 20407090; ISBN 979-22-3157-9; 216 hlm; 13,5x20 hlm;

Inilah terjemahan yang telah lama dinanti dari naskah klasik mengenai seni bela diri Tanpa Pedang karya ahli pedang abad ketujuh belas, Yagyu Munenori.

Karier Munenori yang mengesankan dimulai saat dia baru berusia tiga belas tahun dan terus meningkat semasa pengabdiannya sebagai pelatih pedang, politisi, dan penasihat militer dua shogun berturut-turut. (Jabatan sebagai pelatih pedang shogun adalah hal yang didambakan tetapi tidak mampu diperoleh oleh rekan sesama ahli pedangnya, Miyamoto Musashi.) Oleh sang shogun, dia juga ditunjuk menjadi penguasa dengan wilayah kekuasaan yang luas-satu-satunya ahli pedang dalam sejarah Jepang yang pernah dianugerahi kehormatan ini.

Terlepas dari kemampuan berpedang dan kedekatannya dengan pemegang kekuasaan tertinggi negara, Munenori mengisi hidupnya dengan menyelami ajaran Buddha Zen. Ajaran ini membentuk kerangka pendekatan spiritualnya akan seni penggunaan pedang.

Dia berpusat pada konsep "pedang pemberi kehidupan"-gagasan mengendalikan lawan lewat kesiapan spiritual untuk bertarung, alih-alih pertarungan yang sebenarnya. Gagasannya sangat bisa diterapkan, tidak hanya dalam seni bela diri, tetapi juga dalam bisnis dan hubungan antarmanusia.

Bagi Munenori, disiplin diri yang kuat dan pemahaman mendalam akan prinsip ajaran Zen merupakan pelajaran utama dari tiap perjalanan hidup, termasuk Jalan Pedang.

Konsepnya mengenai Tanpa Pedang merupakan hal penting dan mengacu pada gagasan bahwa pikiran harus benar-benar terbebas dari apa pun-dari segala pikiran untuk menang, atau bahkan mengenai pedang itu sendiri. Bisa dibilang bahwa keterampilan muncul belakangan, sebagai hasil dari pelepasan pikiran secara total (Tanpa Pikiran).

The Life-Giving Sword adalah satu dari tiga karya tokoh-tokoh dalam kisah Musashi. Dua karya lainnya adalah The Book of Five Rings karya Miyamoto Musashi dan The Unfettered Minda, karya Takuan Soho, guru spiritual Musashi.

Para pecinta kisah Musashi, praktisi ilmu bela diri, dan mereka yang mendalami spiritualitas populer dapat melengkapi koleksi bacaannya dengan ketiga karya ini.

THE SCIENCE OF GETTING RICH

Menjadi Kaya dengan Berpikir Positif---Rahasia di Balik The Secret

Wallace D. Wattles

Pengembangan diri; GM 20407091; ISBN 979-22-3165-X; 164 hlm; 13,5x20 cm;

Dalam buku ini Wallace D. Wattles mengungkapkan bahwa semua benda yang ada di seluruh dunia ini berasal dari satu zat dasar, suatu zat tak berbentuk yang sangat cerdas. Dia juga menyatakan bahwa semesta adalah gudang kekayaan yang tak pernah kering, bahwa ada lebih dari cukup kekayaan bagi setiap penduduk bumi untuk hidup berkelimpahan. Yang harus dilakukan oleh setiap orang yang ingin menjadi kaya adalah membentuk pikiran tentang hal yang diinginkannya sehingga ia bisa "mencetak" pikiran tersebut ke zat dasar tadi.

Yang harus diperhatikan oleh orang-orang adalah bahwa untuk membentuk pikiran tersebut, dia juga harus memiliki perilaku yang baik, menyingkirkan persaingan, bekerja sama, dan menganut paham "memberi nilai guna yang lebih tinggi daripada nilai tunai yang diterima". Bila kita melakukan cara-cara yang disebutkan oleh Wattles dalam bukunya ini, kita akan mendapatkan kemakmuran sejati, secara fisik dan spiritual.

Salah buku yang menjadi dasar penulisan buku The Secret.

RAHASIA OTAK CEMERLANG

Rangkaian Aktivitas Ringan untuk Melatih Kerja Otak

Pendidikan anak; GM 20407092; ISBN 979-22-3168-4; 184 hlm; 14x21 cm;

Buku laris karya Eric Jensen ini akan membuat Anda selalu bergairah untuk mengajar! Dengan menyisipkan sejumlah hal yang merefleksikan perkembangan mutakhir dalam ilmu tentang otak, Rahasua Otak Cemerlang adalah tambang emas untuk mendapatkan gagasan-gagasan kreatif dan siap pakai untuk memotivasi, memberi inspirasi, dan mendorong murid-murid dalam kelompok usia mana pun. Aktivitas-aktivitas yang efektif ini akan mengubah cara pandang Anda terhadap bidang pendidikan dan cara Anda mengajar. Buku ini memuat beberapa artikel, antara lain: Rahasia Pilihan, Perbanyak "Produk Sampingan" dari Proses Belajar, Pemicu Belajar, Kekuatan Musik yang Sesungguhnya, Singkirkan Kendala dalam Belajar, Strategi Pendisiplinan yang Masuk Akal, dan masih banyak lagi:

Temukan

-Cara Memperbaiki Daya Ingat

-Cara Menciptakan Makna

-Cara Membentuk Siswa yang Selalu Haus Belajar

-Cara Meningkatkan Perhatian

-Cara Mengajarkan Keterampilan Belajar yang Utama

-Cara Meningkatkan Motivasi

Berisi aktivitas-aktivitas sederhana yang mudah diterapkan di ruang kelas.

MEMBONGKAR RAHASIA CHORD GITAR

Jubing Kristianto

GM 20607013; ISBN 979-22-3124-2; 56 hlm; 21x27 cm;

Rumah Ide Edisi Khusus:

DESAIN FASADE

Imelda Akmal

GM 20907022; ISBN 979-22-3160-9; 112 hlm; 21x27 cm:

THE SECRET

Rhonda Byrne

Edisi hard cover, berwarna

GM 20407080; ISBN 979-22-3088-2; 256 hlm; 13,5x17 cm;

DISNEY PICTURE DICTIONARY

Disney

Kamus; GM 21407003; ISBN 979-22-3083-1; 144 hlm; 24,5x30 cm;

Disney Picture Dictionary disusun untuk anak-anak demi mengembangkan kemampuan bahasa Inggris mereka, khususnya dalam spelling dan vocabulary. Setiap entri diberi padanan bahasa Indonesia-nya, dijelaskan artinya dalam bahasa Inggris yang mudah dimengerti, diberi contoh penggunaannya dalam kalimat bahasa Inggris yang sederhana, dan dilengkapi dengan gambar tokoh-tokoh Disney yang menjadi favorit anak-anak. Memuat lebih dari 900 entri, kamus ini pasti akan menjadi teman belajar yang mengasyikkan bagi mereka.

-memuat lebih dari 900 entri yang diambil dari kosakata sehari-hari

-disusun menurut abjad sehingga mudah digunakan

-diberikan definisi arti dalam bahasa Inggris yang mudah dimengerti

-dilengkapi dengan contoh-contoh penggunaan dalam kalimat bahasa Inggris yang simple

-dengan ilustrasi gambar tokoh-tokoh Disney (full coloured) yang menjadi favorit anak-anak sehingga merangsang imajinasi dan memudahkan mereka dalam menangkap arti kata

-bisa digunakan oleh para orngtua untuk mengajarkan bahasa inggris kepada anak-anak, tetapi juga bisa dipakai anal-anak untuk belajar secara mandiri

Seri Popular Food: APEM, CARABIKANG, & SERABI

Sisca Susanto

GM 21007164; ISBN 979-22-3111-0; 40 hlm; 17x21 cm;
Seri Popular Food: AYAM & BEBEK PANGGANG & GORENG

Sisca Susanto

GM 21007165; ISBN 979-22-3112-9; 40 hlm; 17x21 cm;

Seri Popular Food: VARIASI SUSHI

Sisca Susanto

GM 21007166; ISBN 979-22-3113-7; 40 hlm; 17x21 cm;

Rahasia Usaha Kecil & Menengah (UKM): BIKA AMBON

John Dean

GM 21007184; ISBN 979-22-3193-5; 40 hlm; 21x21 cm;

Busana Muslim & Kerudung Kreasi Toera Imara:

BEAUTY REINCARNATES

Toera Imara

GM 21007188; ISBN 979-22-3134-X; 76 hlm; 21x24 cm;

Warisan Kuliner Indonesia:

HIDANGAN POPULER SULAWESI UTARA KHAS KOTA TOMOHON

Tim PKK Kota Tomohon

GM 21007198; ISBN 979-22-3173-0;

BUKU NOVEL BARU GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA

BUKU BARU GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA, 4 September 2007

ChickLit: OCEHAN LUCY

Lucy Talk

Fiona Walker

Novel dewasa terjemahan; GM 40207059; ISBN 979-22-3100-5; 512hlm; 11x18cm

Lucy Gordon tinggal serumah dengan dua sahabatnya, Jane dan Bella. Ia bekerja sebagai staf Pemasaran Widgetex Computers. Perjalanan kariernya tidak mulus, karena bosnya terus-menerus memberinya masalah. Seluruh anggota keluarganya unik---ibunya chef yang jagoan, ayahnya punya hobi bertukang dan tak bisa diam, neneknya pemabuk dan masih hobi berpacaran, adiknya aktivis pencinta lingkungan yang fanatik. Dan pacarnya, Greg, tanpa malu selalu memanfaatkannya, namun Lucy terlalu baik hati untuk menyadarinya. Ia dan kedua teman serumahnya akrab dengan tetangga mereka, Big Mike, dokter hewan yang juga perayu ulung. Lucy mengocehkan seluruh kehidupannya itu pada setiap kesempatan---dalam email kepada sahabatnya, surat kepada abangnya, coretan di balik lembar bon atau kertas apa pun, catatan yang tertempel pada pintu kulkas..

TeenLit: 100 JAM

Amalia Suryani & Andryan Suhardi

Novel remaja karya asli; GM 31207026; ISBN 979-22-3138-2; 232hlm; 13.5x20cm;

Siapa bilang lahir pada tanggal 29 Februari adalah kutukan karena berulang tahun lebih sedikit daripada orang lain? Buat Jasmine, tanggal 29 Februari itu ada di setiap tahun---dengan mencoret dan menulis sendiri angka dalam kalendernya.

Tapi. ada satu masalah besar yang harus dijalani Jasmine karena kebandelannya menjelang hari ulang tahun yang ia nanti-nantikan. Hukuman 100 jam mengajar di sekolah kolong jalan tol!

Ternyata 100 jam itu mengantarnya pada teman-teman yang tidak akan pernah ia lupakan seumur hidupnya. Jasmine pun tertawa dan menangis bersama mereka.

Harlequin Koleksi Istimewa: CIUM AKU, KAITLYN

Kiss Me, Kaitlyn

Cynthia Rutledge

Novel dewasa terjemahan; GM 40607029; ISBN 979-22-3162-5; 208hlm; 11x18cm;

Kaitlyn Killeen, gadis sederhana dari kota kecil Shelby, Iowa memiliki cita-cita tinggi, yaitu menjadi desainer terkemuka di kota besar, Chicago. Namun ternyata cita-citanya mendapat tantangan sejak kedatangan seorang pemuda tampan bernama Clay McCashlin.

Clay datang ke Shelby dengan tujuan ingin mencari pelaku pencurian yang terjadi di pabrik milik ayahnya. Untuk itu ia sengaja menyamar sebagai pemuda biasa dan melamar sebagai buruh pabrik. Kaitlyn ternyata mencurigai penyamaran Clay dan akhirnya menawarkan diri untuk membantu penyelidikan.

Namun, satu hal yang tidak disadari Kaitlyn: kedekatan mereka ternyata bukan sekadar romansa di musim panas semata. Hatinya mulai tertambat pada Clay, padahal ia punya cita-cita yang ingin ia wujudkan. Haruskah ia mengorbankan cita-cita. ataukah cintanya?PEMBUNUHAN DI LORONG

Murder in the Mews

Agatha Christie

Novel dewasa terjemahan; GM 40207051; ISBN 979-22-2968-X; 360hlm; 11x18cm;

Bagaimana mungkin seorang wanita dengan pistol di tangan kanan bisa menembak pelipis kirinya sendiri? Adakah kaitan antara hantu dan hilangnya sebuah dokumen penting berisi rencana rahasia pemerintah? Bagaimana sebutir peluru yang menewaskan seorang lelaki bisa memecahkan cermin di bagian lain ruangan? Dan siapakah yang membuyarkan cinta segi tiga yang melibatkan seorang wanita cantik yang dikenal suka kawin cerai?

Hercule Poirot dihadapkan pada empat kasus pelik yang membingungkan, dan masing-masing kasus dipecahkan secara tak terduga dan memuaskan.

Lupus: BANGUN DONG LUPUS!
Hilman

Novel remaja karya asli; GM 30388402; ISBN 979-403-402-9; 144hlm; 11x18cm;

* cetak ulang *

Lupus: INTERVIEW WITH THE NYAMUK
Hilman

Novel remaja karya asli; GM 30395278; ISBN 979-605-278-4; 224hlm; 11x18cm;

* cetak ulang *

Lupus: SIMALAKAMA
Hilman

Novel remaja karya asli; GM 30398877; ISBN 979-605-877-4; 128hlm; 11x18cm;

* cetak ulang *

Lupus: KUTUKAN BINTIK MERAH
Hilman

Novel remaja karya asli; GM 30398918; ISBN 979-605-918-5; 160hlm; 11x18cm;

* cetak ulang *

AKU KARTINI BERNYAWA SEMBILAN

A.N. Spiritia

Kumpulan cerpen sastra; GM 20107014; ISBN 979-22-3163-3; 164 hlm; 13,5x20 cm;

Bayangkan jika Anda tertular AIDS, apa yang akan Anda ceritakan pada teman, pacar, suami, istri, atau ibu Anda? Anda tidak bisa begitu saja pulang dan berkata, 'Bu, saya ketularan AIDS!'. Lalu bagaimana Anda bersikap ketika orang tahu dan menjauh seakan-akan Anda membawa bom waktu yang siap meledak. Bagaimana rasanya ketika semua teman menolak berbagi makanan dan minuman dan bahkan enggan sekadar bersalaman. Mungkin menangis adalah respons pertama, namun apa selanjutnya ketika airmata sudah habis dan hidup terus berjalan? Para penulis ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) dalam kumpulan cerpen Aku Kartini Bernyawa Sembilan ini memilih untuk berbagi perasaan-perasaan tadi dan menyebarkan kesadaran bahwa HIV/ AIDS adalah issue dunia yang sangat serius untuk ditangani.

Buku ini terdiri dari 11 cerpen dari 9 penulis ODHA yang diseleksi dari seluruh provinsi di Indonesia. Bekerja sama dengan UNAIDS, 6 sastrawan perempuan (Djenar, Dee, Ayu Utami, Cok Sawitri, Nukila Amal dan Oka Rusmini) kemudian mementori ODHA yang terseleksi untuk belajar menulis. Hasil pelatihan itu adalah kumpulan cerpen ini. Jangan harap Anda menemukan kisah ratapan yang melarat-larat, karena mereka tidak menulis seperti itu. Dari kisah-kisah mereka, pembaca dapat mengetahui bagaimana melihat dunia dari perspektif lain. Juga tentang memberi makna lebih pada kehidupan dan menjadikan setiap detik kehadiran di dunia berguna, untuk apa pun dan siapa pun juga.

Bayangkan, seratus tahun lagi. Barangkali telah ada penemuan obat anti retroviral yang lebih ramah pasien, sehingga penyakit ini tak lagi dianggap nista seperti pada hari-hari ini. Seperti kusta, yang di masa lalu menjadi alasan untuk membuang para penderita-nya dari masyarakat, kini nyaris tak terlihat lagi. Bayangkan seratus tahun lagi. Saat itu seseorang per-gi ke perpustakaan membacai buku-buku dari masa kini. Ia mene-mukan buku ini, catatan dari masa silam, dan berkata, ya ampun, dunia ini pernah begitu primitif!

(Ayu Utami)

Dalam waktu relatif singkat, mereka telah menjelma menjadi penulis-penulis potensial yang karyanya layak disuarakan. Bukan hanya karena tema sentral HIV/AIDS, tetapi juga karena kelenturan mereka berekspresi, ketajaman mereka memilih kata, dan kejelian mereka menyusun plot.

(Dewi Lestari)

.kerentanan mengajarkan tentang kekuatan, bagaimana kehilangan mengajarkan tentang apa-apa yang dipunya, dan belajar menerima dan hidup dengan diri sendiri. Daftarnya jauh lebih panjang. Semua hal di atas tersimpan dalam salah satu cerita pendek dalam antologi ini.

(Nukila Amal)

Toko Buku Independen, Siapa Bilang Gampang ?

Toko Buku Independen,
Siapa Bilang Gampang ?

Dimuat di Media Parahyangan
Edisi 1/Agustus/2007

Dari awal sampai pertengahan tahun 2005, dikabarkan banyak bermunculan toko buku independen dibandung, yang disebut toko buku independen disini adalah toko buku yang tidak bermodal besar, biasanya berbasis komunitas, tidak seperti gramedia atau gunung agung atau toga mas yang belakangan muncul juga di bandung, biasanya didirikan oleh komunitas atau individu yang mencintai buku dan berusaha perduli dengan kelangsungan minat baca dimasyarakat.

Menurut peta literer yang disusun oleh tobucil dan dipan senja, pada medio september 2005, di bandung ada sekitar 40 tempat berlangsungnya kegiatan literasi atau perbukuan termasuk palasari yang sudah lama dikenal publik bandung sebagai komplek pasar buku dan dan mizan learning center yang dimiliki oleh kelompok mizan group. Artinya diluar kedua tempat tersebut, ada 38 tempat yang menamakan dirinya independen berupa komunitas pecinta buku, toko buku, taman bacaan, distibutor, kelompok penulis, penerbit independen dan lainnya. Dari 38 nama tersebut ada yang kemudian selain berbasis komunitas atau perpustakaan juga berusaha menghidupi dirinya dengan berjualan buku, antara lain, Tobucil, Omuniuum, Ultimus, Rumah Malka, If Venue, toko
buku Nalar, toko buku Taman Bunga, toko buku Cahaya Media, Beur-read, Senyum Selalu, Taboo, Litera, Eat & Read/er, Das Mutterland, toko buku Bamboe, toko buku Awi Apus, Zoe bookstore dan lainnya.

Tahun itu juga media berlomba-lomba meliput maraknya pendirian toko buku ini, mulai dari liputan tentang keistimewaan masing-masing toko buku independen, kegiatan yang berlangsung ditempat tersebut, berusaha mengetahui semangat apa yang ada dibalik pendirian toko buku-toko buku ini. Penerbit atau distributor juga merasa senang karena kemudian banyak tempat bisa menjadi titik-titik penyaluran buku karena
rata-rata toko buku independen itu memperoleh buku dari sistem konsinyasi yang ditawarkan penerbit atau distributor untuk kemudian perakhir bulan mereka memberikan laporan penjualan berdasarkan transaksi yang terjadi di tokonya.

Medio 2006, pertama kali dikejutkan oleh penutupan If Venue yang dikenal sebagai tempat berlangsungnya kegiatan-kegiatan anak muda selain di bidang literasi juga di bidang kegiatan seni budaya. Lalu tak lama kemudian muncul berita simpang siur yang biasanya diterima lewat sms yang mengabarkan kalau toko buku ini tutup, toko buku itu
tutup, yang punya entah kemana atau lainnya. Keadaan ini sempat direspon oleh dipan senja yang mengadakan workshop untuk para pemilik toko buku, untuk kemudian mereka bisa lebih belajar lagi tentang manajemen toko buku. Berhasil ?

Mungkin, tapi pada kenyataannya, pada saat ini, pertengahan tahun 2007, selain perpindahan tempat beberapa toko buku independen yang berusaha survive, diantaranya Tobucil dan Omuniuum yang berpindah tempat, beberapa tempat seperti Das Mutterland, Rumah Malka, toko buku Taman Bunga, Eat & Read/er dikabarkan sudah tidak aktif lagi, bahkan menurut bocoran salah seorang teman distributor, dikabarkan salah satu
tempat yang baru saja tutup masih menunggak pada penerbit atau distributor.

Mengamati perkembangan itu, kemudian dari beberapa diskusi yang terjadi setelah penutupan toko buku independen itu, memang ada perkiraan kalau mereka para pendiri atau pengelola toko buku ini kemudian memang tidak siap dengan apa yang terjadi. Ketika mereka membuka toko buku dengan bayangan bahwa modal yang diperlukan tidak
perlu terlalu besar, hanya butuh tempat dan kontak penerbit atau distributor untuk konsinyasi buku, lalu toko buku akan berjalan sendirinya dan membuat pengelolanya makmur.

Padahal tidak semudah itu. Toko buku juga butuh pengelolaan atau manajemen yang sama dengan semua bidang usaha. Butuh pengolahan data, butuh manajemen operasional, butuh pengelolaan dana yang ketat dan butuh pengetahuan juga kemauan mengetahui perkembangan secara terus menerus dibidang buku itu sendiri. Jangan dikira setelah toko dibuka, buku dipajang, lantas semua datang dengan sendirinya.

Salah satu contoh, jika harga buku misalnya rp 45.000, lalu sebagai toko buku mendapat diskon 30 %, sebesar rp 13500. kemudian kita memberi diskon 10 % pada konsumen, berarti rp 13500 dipotong rp 4500, berarti keuntungan dari satu buku adalah rp 9000. padahal untuk operasional satu bulan, selain membayar sewa dan lain-lainnya termasuk didalamnya listrik, keamanan, pegawai, dan lainnya misalnya sekitar rp
2.000.000. berarti dari rp 9000 itu, kita harus bisa menjual dalam satu bulan buku sebanyak 222 eksemplar baru bisa memenuhi biaya operasional saja, belum untuk hidup dan kebutuhan sehari-hari.

Tidak bermaksud untuk menurunkan semangat independen atau juga menutup kemungkinan bahwa hitung-hitungan diatas adalah hitungan kasar karena di banyak tempat kita juga bisa menemui tempat-tempat yang dibangun dengan semangat bersama dan mengusahakan segala cara agar tempat yang kita cintai itu bisa berjalan tanpa harus mengeluarkan biaya operasional yang terlalu tinggi tapi justru ini adalah satu hal yang harus kita pikirkan bersama sebelum memulai segala sesuatu, bahwa idealisme sebesar apapun, ada hal-hal yang harus dipikirkan resikonya dan sangat disayangkan jika kita sudah memulai sesuatu kemudian hal itu berhenti dan kita tidak bisa memenuhi kewajiban kita pada yang berhak atas itu. Ini harapan bahwa untuk teman-teman yang lain, yang
juga punya toko buku atau berniat membuka toko buku, sebelumnya berpikiran lebih panjang dengan menghitung semua untung dan rugi, daripada kemudian hari kita mendengar kabar bahwa ada toko buku tutup dengan meninggalkan hutang kepada penerbit atau distributornya, kemudian pengelolanya juga lari entah kemana.

Yang susah siapa ? selain distributor, ya teman-teman kita juga, yang kemungkinan besar tidak akan dipercaya lagi oleh para distributor atau penerbit untuk menjual buku-bukunya. Karena nila setitik rusak susu sebelanga.

Buku Baru "ROMANTIC POETRY" by Edmund Daniel

"ROMANTIC POETRY" by Edmund Daniel

"Masihkah siaran di METRO TV?", "Siaran jam berapa nanti malam?" inilah 2 pertanyaan yang sering dilontarkan kepada Edmund Daniel sampai saat ini. Tentu saja stasiun televisi berita 24 jam METRO TV telah mengangkat nama Edmund Daniel sebagai salah satu News Anchor yang dinantikan pemirsa. Namun, sejak Januari 2006,Edmund meninggalkan pekerjaannya di METRO TV demi meneruskan cita-citanya di dunia entertainment dan juga sebagai penulis. Bagaimanapun juga nama Edmund Daniel tetap melekat kepada pemirsa METRO TV. "Saya hanya break dari METRO TV, untuk menggali potensi yang terbuka bagi saya di bidang penulisan dan juga dunia entertainment".

Edmund memulai karirnya di dunia entertainment tersebut sebagai penyanyi di cafĂ© pada tahun 1993. Di tahun 1998, Edmund merilis album perdananya berjudul "Hanya Satu" yang menampilkan 10 lagu pilihan, dimana 9 diantaranya merupakan hasil karyanya sendiri. Pada tahun 2000, Edmund menerima tawaran dari boss METRO TV, Surya Paloh, untuk bergabung dengan jabatan news anchor, reporter dan writer. Selama 5½ tahun Edmund membawakan sejumlah program berita diantaranya, Metro This Morning, Showbiz News, Headline News, Metro World News dan Midnight Live.

Daya kreatifitas Edmund sebagai penulis tidak berakhir ketika ia break dari METRO TV. Justru dengan semangat dan jiwa seni yang tinggi, pada Juni 2006 Edmund mulai menulis puisi dan melukis. Selama 5 bulan hasil kerja keras Edmund untuk menulis puisi, lirik
lagu dan melukis kini dapat direalisasikan dengan buku perdananya berjudul "Romantic Poetry".

"Romantic Poetry" dipersembahkan kepada pecinta seni, puisi dan romansa. Ditulis dalam bahasa Inggris, buku berisi 108 halaman ini, dilengkapi dengan 10 karya lukisan berjiwa abstract impressionist, "karena puisi dan lukisan sama-sama memiliki jiwa
seni yang sejalan", tutur Edmund sambil senyum.

Simak saja puisi seperti "Candles" tentang kekaguman kepada seseorang untuk dijadikan sang kekasihnya; "Latte Love" tentang arti dan rasa cinta secangkir kopi ketika diminum; "Passionate Chocolate" tentang sensualitas dan kenikmatan cokelat yang membuat seorang jatuh cinta; "Romantic Solitude" tentang status kejomblohan seseorang, dimana ia selalu berusaha mencari solusi untuk jatuh cinta; "Intimate Bali" tentang keindahan pulau Dewata yang tak terlupakan. Semua puisi ditulis secara pribadi dan sangat imaginatif. Puisi-puisi lain yang menjadi andalan buku "Romantic
Poetry" adalah: "Romantic Tears", "Precious Love", "Angel Eyes", "Ocean Breeze", "Morning Dew", "My Valentine Dream", "The Wind", "Mother's Love", "Sagittarian Lover" dan masih banyak lagi!

Dengan bangganya, "Romantic Poetry" telah menembus ke masyarakat Amerikat Utara dimana buku tersebut berada dalam koleksi di berbagai perpustakaan nasional di Amerika Serikat dan Kanada. "Buku saya dibawa langsung oleh Kedutaan Amerikat Serikat di Jakarta karena mereka menilai "Romantic Poetry" memiliki tutur kata dan karakter
luar biasa sebagai buku puisi garapan orang Indonesia, yang patut dibanggakan di seluruh dunia".

TESTIMONIALS:

"Edmund Daniel is very romantic indeed! Warm words, warm colours, warm feelings. Without talking to him, I can feel his thoughts, his feelings. Not only is he multi-talented, he is also multi- dimensional. To appreciate arts & life is to enjoy his works" (Fira Basuki - Writer/Chief Editor COSMOPOLITAN)

"Setidaknya, dengan "Romantic Poetry" ini saya nggak kehabisan kata-kata ketika lagi pedekate dengan wanita. So sweet gitu deh! Serasa makan permen candy" (Moammar Emka - Writer)

"There's a kind of restlessness that makes us ponder. About an enduring quest for love. About hope. Edmund touches our hearts with gentle whispers and leads us to wander in an unknown garden...filled with miraculous colours and everlasting beauty"
(Andrei Aksana - Novelist)

"With this "Romantic Poetry", Edmund Daniel has proven that there is more than just a skeleton and brain in the human body. There is love, passion, mystery and even loneliness for us to discover and embrace. Hope this book will inspire young fresh writers to search
deep inside their 'innerness' then voice it out to the world" (Valerina Daniel - Anchor & Associate Producer, STAR ANTV)

"It only comes naturally for Edmund to write "Romantic Poetry". Every aspect of him is like a romantic poetry, beautiful, sincere, and magnificent. It is my greatest pleasure to share this aspect with you..."
(Dian Krishna - News Anchor & Reporter, METRO TV)

BAZAR BUKU MURAH JELANG RAMADHAN

BAZAR BUKU MURAH JELANG RAMADHAN
5 s/d 19 Sept 2007
Pukul 09.00 - 21.00 WIB

DISKON S/D 80%
Produk :
Komik Buku Anak Buku Komputer
Buku manajemen Novel - Majalah Komik
Majalah IT Parenting Masakan dll
Lokasi :
LT. DASAR PLAZA THB*
(TAMAN HARAPAN BARU)
JL. RAYA TAMAN HARAPAN BARU
BEKASI

* Sebelah Superindo/California Fried Chicken

Informasi :
021-585 1473 / 74 (Wiwi)
0812-9540096 (Bp. Samosir)
FREE!!! MEMBER ELEX KLUB
Minimal pembelian Rp. 250.000;
*tidak berlaku kelipatan*

Beli 3 Buku bayar Cuma RP 10.000,- ada juga lho!!!

++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Happiness comes not becoz we do great things
but we do small things with great love
================================================
Wiwi (Unit LAYANAN LANGSUNG ELEX MEDIA KOMPUTINDO)
1) PT ELEX MEDIA KOMPUTINDO
Gedung Kompas Gramedia Lt.6 Jl.Palmerah Selatan No. 22 - 28 JAKARTA 10270,
Telp : 021 - 5483008, 5480888, 5490666
Fax : 021 - 5326219, 53699066

2) SHOW ROOM ELEX MEDIA MERUYA
Ruko Taman Meruya Plaza, Komp. Taman Meruya Ilir E / 14 No. 38 - 40 JAKARTA BARAT 11620
Telp : 021 - 5851473, Fax : 021 - 5851475.

Dilema Hukum Taman Bacaan

Dilema Hukum Taman Bacaan
Oleh RONALD H. SIANTURI

WAKTU jam istirahat pada sekolah dasar negeri, seorang murid dikelilingi Teman-temannya. Kepada teman-temannya dengan bangganya dia bercerita tentang komik terbarunya. Teman-temannya mendengarkan ceritanya dengan penuh perhatian sambil sesekali bertanya untuk memenuhi rasa keingintahuan mereka terhadap komik tersebut. Beberapa saat kemudian, ia kembali bercerita mengenai komik lainnya yang tentunya
belum dibaca temannya.

Di tempat lain, seorang mahasiswi rantau terlihat tenggelam pada kisah romantisme Khalil Gibran. Setelah puas dengan romantisme Gibran, dia kembali tenggelam dalam kisah Gunung Jiwa, sebuah novel autobiografis karya Gao Xingjian.

Beberapa pertanyaan menggelitik timbul dari kedua kejadian di atas. Apakah komik ataupun novel yang harganya sangat tinggi seperti saat ini masih dapat dijangkau oleh kantong murid sekolah dasar ataupun mahasiswa? Bila tidak, bagaimana mungkin mereka dapat menikmati kisah kisah tersebut?

Setelah diperhatikan, ternyata murid dan mahasiswa tersebut tidak perlu mengeluarkan uang untuk membeli bacaan tersebut untuk menikmati kisah di dalamnya. Mereka cukup menyewa bacaan tersebut pada sebuah taman bacaan dengan mengeluarkan biaya sewa yang tentunya jauh lebih murah daripada membeli bacaan tersebut.

Murid sekolah dasar dan mahasiswi di atas adalah gambaran dari sebagian warga Bandung yang masih memiliki minat baca yang besar, tetapi mereka dihadapkan pada tingginya harga buku. Karena tidak dapat menjangkau harga buku, maka penyewaan buku pada
taman bacaan adalah salah satu cara untuk memuaskan hasrat baca mereka. Kondisi ini disadari oleh pebisnis di Bandung, yang kemudian beramai-ramai membangun taman bacaan pada hampir setiap sudut keramaian di Kota Bandung.

Menjamurnya taman bacaan di Kota Bandung belakangan ini merupakan fenomena yang menarik untuk diperhatikan. taman bacaan ini pada umumnya menyewakan berbagai bacaan seperti komik, novel, majalah berkala,untuk dibaca masyarakat umum. Sebagian taman bacaan menyediakan tempat khusus pada lingkungan taman bacaan untuk membaca bacaan tersebut, sedangkan taman bacaan lainnya tidak menyediakan tempat khusus (sehingga
bacaan tersebut dibaca di tempat lain di luar taman bacaan). Pada umumnya taman bacaan mengenakan biaya sewa sebesar 5% dari banderol harga buku untuk buku yang dibaca di taman bacaan, dan 10% dari banderol harga buku untuk buku yang dibaca di luar taman bacaan.

Di satu sisi, menjamurnya taman bacaan ini akan menimbulkan berbagai dampak positif pada masyarakat sekitar taman bacaan, seperti: memberikan kesempatan bagi masyarakat yang memiliki dana yang sangat terbatas (khususnya pelajar) untuk membaca bacaan yang
lebih banyak dengan biaya yang lebih murah, dan meningkatkan minat baca pada masyarakat sekitar. Disisi lainnya, apabila tidak dikelola dengan baik menjamurnya taman bacaan dapat menimbulkan berbagai pelanggaran tehadap peraturan perundangan di
Indonesia, seperti mengenai izin usaha, pajak penghasilan, dan hak cipta.

Isu hak cipta merupakan isu yang mendapat perhatian yang lebih baik secara internasional dan nasional. Secara internasonal, hak cipta merupakan masalah yang
serius untuk diperhatikan setelah Indonesia meratifikasi Konvensi Bern melalui Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1997 tentang Konvensi Bern untuk Perlindungan Karya Sastra dan Seni dan ratifikasi Trade Related Aspect of Intellectual Property Rights
Including Trade In Counterfeit Goods (TRIPs) yang merupakan salah satu lampiran pada naskah akhir Putaran Uruguay GATT (General Agreement on Tariff and Trade) melalui Undang Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia (Agreement Establishing The World Trade Organization).

Dengan ratifikasi tersebut, Indonesia wajib memberikan perlindungan bagi karya cipta baik dalam maupun luar negeri sesuai dengan perlindungan pada perjanjian internasional, termasuk karya sastra pada buku yang disewakan pada taman bacaan tersebut.

Secara nasional, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta (selanjutnya disebut UUHC 2002) menempatkan buku sebagai salah satu bentuk ciptaan yang perlu mendapatkan perlindungan hak cipta pada Pasal 12 ayat (1) butir (a) UUHC 2002.

Dengan masuknya buku sebagai salah satu ciptaan yang dilindungi oleh UUHC 2002, seluruh warga negara wajib menghormati hak moral dan hak ekonomi yang merupakan
bagian hak cipta pencipta (dalam hal ini pengarang buku) dari sebuah karya cipta buku. Yang dimaksud hak moral pencipta pada ciptaan buku adalah hak untuk menjaga integritas buku (baik cerita maupun gambar)dari setiap intervensi pihak lain yang dapat merusak kreativitas pencipta (pengarang) buku, sedangkan hak ekonomis adalah hak yang dimiliki pencipta (pengarang)buku untuk menikmati keuntungan ekonomis dari setiap eksploitasi buku ciptaannya.

Melalui Pasal 1 ayat (1) UUHC 2002, dapat diketahui definisi hak cipta yaitu hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi
pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Melalui defenisi tersebut, dapat diketahui bahwa hak cipta merupakan hak yang bersifat eksklusif yang berarti tidak ada pihak lain yang boleh melakukan
pengumuman dan atau perbanyakan karya cipta tanpa izin pencipta, apalagi kegiatan tersebut bersifat komersil.

Pada awalnya, pengarang buku sebagai pencipta buku mempunyai hak eksklusif atas setiap bentuk eksploitasi buku karangannya. Akan tetapi, berdasarkan Pasal 3
UUHC 2002, pengarang buku dapat mengalihkan sebagian ataupun seluruh hak untuk mengeksploitasi buku karangannya tersebut kepada pihak lain (selanjutnya disebut penerima hak), sehingga penerima hak dapat melakukan eksploitasi buku karangannya. Bentuk eksploitasi, jangka waktu dan ketentuan lain berkaitan eksploitasi buku oleh pihak penerima hak, terbatas pada kesepakatan antara pengarang dan penerima hak yang wajib dilakukan secara tertulis (baik dengan maupun akta notariil).

Penyewaan buku merupakan salah bentuk eksploitasi buku yang dapat mendatangkan keuntungan secara ekonomis. Hal ini karena pihak yang menyewakan buku (seperti
taman bacaan) memperoleh keuntungan ekonomis dari biaya sewa yang dikenakan pada setiap buku yang disewakan. Karena penyewaan buku merupakan salah satu bentuk eksploitasi buku yang bersifat komersial, setiap kegiatan penyewaan buku wajib memperoleh izin penyewaan dari pemegang hak penyewaan (rental right).

Selain itu, penyewaan buku merupakan salah satu bentuk pengumuman karya cipta yang diatur dalam Pasal 1 ayat(5) UUHC 2002 yang menyatakan "Pengumuman adalah pembacaan, penyiaran, pameran, penjualan, pengedaran, atau penyebaran suatu ciptaan dengan menggunakan alat apa pun, termasuk media internet, atau melakukan dengan cara apa pun sehingga suatu ciptaan dapat dibaca, didengar, atau dilihat orang lain". Hal ini
karena penyewaan buku merupakan tindakan yang mengedarkan ataupun menyebarkan suatu karya cipta (buku) sehingga karya cipta tersebut (buku) dapat dibaca oleh pihak lain. Berdasarkan Pasal 1 ayat (1)UUHC 2002, penyewaan buku harus memperoleh izin dari
pemegang hak penyewakan (rental right holders).

Kepada siapa taman bacaan harus meminta izin penyewaan buku? UUHC 2002 mewajibkan pemakai hak cipta (users)seperti taman bacaan meminta izin kepada pencipta ataupun pemegang hak cipta (yaitu pemegang hak penyewaan). Taman bacaan wajib meminta izin penyewaan kepada pengarang buku apabila pengarang belum mengalihkan hak penyewaan kepada pihak lain secara eksklusif. Apabila pengarang sudah mengalihkan hak penyewaan kepada pihak lain (penerima hak) secara eksklusif, maka users wajib meminta izin dari pihak penerima hak penyewaan tersebut.

Pihak pengelola taman bacaan pada umumnya tidak sadar (atau pura-pura tidak sadar) akan kondisi ini. Padahal, menurut UUHC 2002 pencipta ataupun pemegang hak menyewakan dapat menuntut taman bacaan yang menyewakan buku tanpa izin secara perdata untuk
mengganti kerugian sebesar kerugian yang dirasakan oleh pencipta ataupun pemegang hak penyewaan. Selain gugatan secara perdata, berdasarkan Pasal 72 ayat (1)UUHC 2002 pengelola taman bacaan juga dapat diancam secara pidana dengan ancaman pidana penjara
masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh)tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Penyewaan buku tanpa izin oleh taman bacaan ini akan membuat tingkat pelanggaran hak kekayaan intelektual di Indonesia semakin tinggi. Kondisi ini membuat Indonesia yang belum bisa lepas dari krisis ekonomi yang berlanjut pada krisis multi dimensi sejak 1998 semakin terpuruk. Pandangan negatif dunia internasional terhadap upaya pemerintah dalam penegakan hak atas kekayaan intelektual di Indonesia masih dianggap setengah hati. Hal ini dapat dilihat dari belum lepasnya Indonesia dari Priority Watch List oleh US Trade Representative (USTR). Akibatnya, Indonesia terancam akan tindakan balasan (retaliation) di bidang ekonomi yang dapat dilakukan oleh pemerintah
Amerika Serikat yang mempergunakan Special 301 yang ada pada United Trade Act. Apabila tindakan pembalasan ini menjadi kenyataan, kondisi perekonomian di Indonesia akan jauh lebih terpuruk.

Oleh karena itu, pemerintah dan segenap bangsa Indonesia harus bekerja sama dan sama-sama bekerja dalam memperbaiki perlindungan hak atas kekayaan intelektual di Indonesia. Salah satunya adalah dengan menghormati hak penyewaan (rental right) buku. Bagi pengelola taman bacaan, diperlukan iktikad baik untuk meminta izin penyewaan dari pencipta ataupun pemegang hak penyewaan atas setiap buku yang akan disewakan.
Bagi pencipta dan pemegang hak penyewaan, sudah saatnya membentuk suatu organisasi profesi yang mengurus hak penyewaan (rental right) buku agar mekanisme pemberian izin penyewaan menjadi sederhana (seperti yang dilakukan YKCI dalam mengurus hak mengumumkan karya cipta lagu). Aktifnya penegak hukum,seperti polisi, dalam menindak pelanggar hak cipta seperti penyewaan buku tanpa izin juga memengaruhi tingkat pelanggaran hak cipta.

Bagi pemerintah, perlunya sosialisasi yang lebih aktif kepada masyarakat umum mengenai pentingnya perlindungan hak cipta. Bagi masyarakat umum, kesadaran untuk tidak mendukung pelanggaran hak cipta (misalnya tidak menyewa buku yang tidak memiliki izin penyewaan) adalah kunci dari perlindungan hak cipta yang merupakan bagian hak kekayaan intelektual di Indonesia.

Dengan kerja sama masing-masing pihak, perlindungan hak cipta di Indonesia tentunya akan lebih baik. Hal ini tentunya akan menambah minat bagi masyarakat umum untuk mencipta karya-karya sastra yang akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Semoga.***

Penulis, mahasiswa semester akhir Fakultas Hukum
Universitas Padjadjaran.